Usai bobok siang, sekitar jam
14.00 WIB hari Sabtu tgl 21 Maret 2015, sy memacu kuda besi sy untuk mengunjungi
sebuah pameran batu aji (istilah puitis untuk batu akik yang popularitasnya tengah
naik daun belakangan ini). Pameran itu diselenggarakan di JL.Kalinyamat,
Pinggirsari, Ponorogo. Menurut jadwal
yang tercantum dibanner, pameran itu akan terselenggara tgl 21-22 Maret,
dimulai jam 9.00-21.00 WIB. Disana sy bertemu dengan para penjual, yang
mayoritas berasal dari Pacitan, dan ada juga yang berasal dari Jepara. Mereka
memamerkan batuan alam yang indah, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Ada yang jenisnya lavender, pancawarna, bacin, dan sebagainya. Ada batu yang
sudah dibentuk menjadi mata cincin yang siap pakai, ada juga yang masih berupa
bahannya.
Setelah kepo (bahasa anak muda
sekarang yg artinya rasa ingin tau dan Tanya-tanya) pada mereka terkait dengan
jenis batuan yang ada, akhirnya sy menanyakan harga yg sy harapkan cocok bagi
kesehatan dompet sy (kata pepatah koplak “didalam dompet yang sehat, terdapat
uang yang kuat”). Harga batu aji yang siap pakai paling murah adalah Rp.40 rb,
namun sy lebih tertarik dengan batu lain yang harganya tidak mampu ditandingi
oleh kekuatan uang sy. Sedih banget, ky anak kecil merengek minta mainan tapi
ngga dituruti.
Setelah
asyik mengamati batu-batu alam disana (campur nyesek jg karena ngga mampu
membeli), akhir sy memutuskan untuk pulang dan berniat untuk datang lagi
keesokan harinya dengan uang yang cukup.
Malamnya,sebelum
tidur setelah mencuci kaki tangan dan
mendoakan mamah papah (jg terkenang lagunya Tasya Kannnnn??? Hehehe) sy berdoa agar dipertemukan dengan
orang-orang yang sy kangeni didlm mimpi, namun kenyataannya sy malah ketemu
dengan penjual batu alam sy siangnya sempat sy temui, dan dia bilang bahwa
batunya sudah habis termasuk yang sy minati. Itu adalah mimpi buruk yang
menodai indahnya malam mingguku waktu itu.
Keesokan
harinya, sy kepameran batu aji itu skitar jam 20.00 WIB, sengaja agak malem krn
sehabis kepameran sy langsung nonton bola di Ponorogo kota. Setelah tiba
dipameran, dengan pakaian basah kuyup karena kehujanan, sy bertanya kepada
penjaga disana dan mendapat kabar buruk bahwa para penjual telah pulang Karena
hujan yang menjadikan pengunjung mulai sepi. Padahal menurut jadwal, acara
berakhir jam 21.00 WIB. Kenyataan pahit itu membuat hati ini amat kacau, bagai
anak kecil yang balon hijaunya meletus. Hiks hiks….. dan artikel ini sy tulis
dengan hati yang kacau, karna gagal memiliki batu akik.
Oya,
kenapa sy dan banyak anak muda lainnya tertarik dengan akik yang semula
dipandang sebelah mata, dan dipandang norak, akan sy tulis di lain
artikel. Sampan jumpa,
King Frenki Romadana
No comments:
Write comments